Sebutan Batavia sebagai nama kota hanya bertahan sampai 1942 saja. Setelah Hindia Belanda dikalahkan dengan mudah oleh pemerintah militer Jepang, nama kota pun diubah menjadi Jakarta. Kala itu dieja: Djakarta, kependekan dari kata Jayakarta. Di masa pendudukan Jepang, nama Jakarta kian populer. Setidaknya di area lapangan Monas saat ini berada, dulu terdapat sebuah lapangan bernama Lapangan Ikada, yang merupakan singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta. Dalam teks proklamasi, tempat perumusan naskah seperti tertera dalam teks adalah: Djakarta. Ketika itu Jepang berusaha membuang segala hal berbau Belanda dan menggantikannya dengan istilah Indonesia atau Jepang. Menurut Lasmijah Hardi dalam Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita (1987), pergantian nama itu bertepatan dengan perayaan Hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942. Jakarta menjadi daerah istimewa dengan nama Jakarta Tokubetsu Shi. Setelah Jepang kalah dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap dipakai orang Indonesia. Pelan-pelan orang-orang pro Belanda dalam panji-panji Nederlandsch Indiƫ Civil Administratie (NICA), berusaha menjadikan Indonesia sebagai bagian dari Kerajaan Belanda lagi. Setelah membuat Jakarta tidak aman bagi pemerintah Republik Indonesia yang baru berdiri, NICA dan militer Belanda yang pelan-pelan memperkuat diri akhirnya menguasai Jakarta sebagai daerah pendudukan mereka. Kota itu tak ingin mereka sebut Jakarta, tapi Batavia. Seperti sebelum Jepang datang. Mereka menguasai kota itu setidaknya hingga akhir Desember 1949. Ketika itu, Arnold tidak muda lagi. Dia sudah puluhan tahun menjadi tokoh pergerakan di sekitar Jawa dan Sulawesi Utara. Setelah 1946, ketika Negara Indonesia Timur (NIT) didirikan dengan sponsor Belanda, Arnold ambil bagian sebagai parlemen negara boneka itu. Namun, dia bukan anggota parlemen yang pro-Belanda. Pada 30 Desember 1947, dia mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia (GAPKI) di Makassar, yang jadi ibu kota NIT. Di mata Ahmad Syafii Maarif, dalam Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah (2009), Arnold Mononutu adalah sosok unik. Dia Kristen tapi bukan bagian dari Parkindo (Partai Kristen Indonesia). Dia adalah kader Partai Nasional Indonesia. Dalam kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS), Arnold menjadi menteri penerangan hingga 1950. Agar tak ada lagi yang menyebut lagi Jakarta sebagai Batavia seperti sebelum penyerahan kedaulatan, maka pada 30 Desember 1949 atas nama Pemerintah Indonesia, selaku Menteri Penerangan, Arnold Mononutu mengumumkan pergantian nama Batavia menjadi Jakarta.
ebutan Batavia sebagai nama kota hanya bertahan sampai 1942 saja. Setelah Hindia Belanda dikalahkan dengan mudah oleh pemerintah militer Jepang, nama kota pun diubah menjadi Jakarta. Kala itu dieja: Djakarta, kependekan dari kata Jayakarta. Di masa pendudukan Jepang, nama Jakarta kian populer. Setidaknya di area lapangan Monas saat ini berada, dulu terdapat sebuah lapangan bernama Lapangan Ikada, yang merupakan singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta. Dalam teks proklamasi, tempat perumusan naskah seperti tertera dalam teks adalah: Djakarta. Ketika itu Jepang berusaha membuang segala hal berbau Belanda dan menggantikannya dengan istilah Indonesia atau Jepang. Menurut Lasmijah Hardi dalam Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita (1987), pergantian nama itu bertepatan dengan perayaan Hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942. Jakarta menjadi daerah istimewa dengan nama Jakarta Tokubetsu Shi. Setelah Jepang kalah dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap dipakai orang Indonesia. Pelan-pelan orang-orang pro Belanda dalam panji-panji Nederlandsch Indiƫ Civil Administratie (NICA), berusaha menjadikan Indonesia sebagai bagian dari Kerajaan Belanda lagi. Setelah membuat Jakarta tidak aman bagi pemerintah Republik Indonesia yang baru berdiri, NICA dan militer Belanda yang pelan-pelan memperkuat diri akhirnya menguasai Jakarta sebagai daerah pendudukan mereka. Kota itu tak ingin mereka sebut Jakarta, tapi Batavia. Seperti sebelum Jepang datang. Mereka menguasai kota itu setidaknya hingga akhir Desember 1949. Ketika itu, Arnold tidak muda lagi. Dia sudah puluhan tahun menjadi tokoh pergerakan di sekitar Jawa dan Sulawesi Utara. Setelah 1946, ketika Negara Indonesia Timur (NIT) didirikan dengan sponsor Belanda, Arnold ambil bagian sebagai parlemen negara boneka itu. Namun, dia bukan anggota parlemen yang pro-Belanda. Pada 30 Desember 1947, dia mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia (GAPKI) di Makassar, yang jadi ibu kota NIT. Di mata Ahmad Syafii Maarif, dalam Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah (2009), Arnold Mononutu adalah sosok unik. Dia Kristen tapi bukan bagian dari Parkindo (Partai Kristen Indonesia). Dia adalah kader Partai Nasional Indonesia. Dalam kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS), Arnold menjadi menteri penerangan hingga 1950. Agar tak ada lagi yang menyebut lagi Jakarta sebagai Batavia seperti sebelum penyerahan kedaulatan, maka pada 30 Desember 1949 atas nama Pemerintah Indonesia, selaku Menteri Penerangan, Arnold Mononutu mengumumkan pergantian nama Batavia menjadi Jakarta.
Sumber Artikel : https://tirto.id/pada-tanggal-inilah-batavia-menjadi-jakarta-cc6G
0 komentar:
Posting Komentar